Dalam
kehidupan orang Sumba kain tenun memiliki makna ganda yang hampir sama dengan
sirih pinang.
Pertama
ia adalah barang kebutuhan sehari-hari yang fungsi praktisnya adalah sebagai
penutup tubuh. Kedua ia adalah simbol, benda ikonik yang terkait dengan
praktek-praktek sosioreligius.
Dalam
prosesi pernikahan, kain tenun yang diberikan keluarga pihak wanita saat
melepas anak gadis mereka adalah simbol naungan dan perlindungan, yang
diharapkan akan selalu diberikan oleh pihak keluarga laki-laki. tak heran jika
dalam bait-bait pernikahan kain tenuh disebut dengan istilah "rain
shelter, sun shade?.
Simbolisme
yang hampir sama berlaku pada ritual kematian, dimana jasad orang mati selalu
dibungkus dengan kain tenun terbaik, sebagai penghormatan sekaligus pelindung
menuju dunia baru.
Dalam
ritual-ritual yang dilaksanakan karena adanya suatu kasus atau permasalahan,
kain tenun hadir sebagai simbol permintaan maaf. Kain tenun juga dipercaya
memiliki kekuatan magis tak tembus cahaya. Karena itulah ia sering digunakan
sebagai tirai yang menyelubungi beberapa obyek atau ritual tertentu dari
pandangan orang yang tak berkepentingan karena dianggap tabu dan dapat
membahayakan.
Yang
paling kasat mata adalah makna kain sebagai simbol status. Dewasa ini kain
tenun juga bermakna ekonomis, sebagai tambahan penghasilan yang tak bisa
dianggap remeh. http://www.westsumba.com/page/en/1323/benda-budaya.html
Di
Sumba Timur strata sosial antara kaum bangsawan (maramba), pemuka agama
(kabisu) dan rakyat jelata (ata) masih berlaku, walaupun tidak setajam dimasa
lalu dan jelas juga tidak pula tampak lagi secara nyata pada tata rias dan
busananya.
Dewasa
ini perbedaan pada busana lebih ditunjukkan oleh tingkat kepentingan peristiwa
seperti pada pesta-pesta adat, upacara-upacara perkawinan dan kematian dimana
komponen-komponen busana yang dipakai adalah buatan baru. Sedangkan busana lama
atau usang biasanya dipakai di rumah atau untuk bekerja sehari-hari.
Bagian
terpenting dari perangkat pakaian adat Sumba terletak pada penutup badan berupa
lembar-lembar besar kain hinggi untuk pria dan lau untuk wanita.
Dari kain-kain hinggi dan lau tersebut, yang terbuat dalam teknik tenun ikat
dan pahikung serta aplikasi muti dan hada terungkap berbagai perlambangan dalam
konteks sosial, ekonomi. http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sumba
Motif
tenunan kain Sumba sarat nilai-nilai religius. Ayam, misalnya. Pola ini
melambangkan kehidupan wanita ketika berumah tangga. Kuda adalah lambang
kebanggaan, kekuatan, dan kejantanan. Sementara burung kakatua yang berkelompok
melambangkan persatuan-kesatuan dan musyawarah-mufakat. http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/01/11/ringkik-sandelwood-dan-indahnya-kain-sumba-429498.html
Untuk
tau Kisah Di Balik Indahnya Kain Tenun Sumba bisa dibuka link : http://jelajah-nesia2.blogspot.com/2013/10/kisah-di-balik-indahnya-kain-tenun-sumba.html